Salam pedal!
Kemarin, ada seorang teman yang menanyakan mengenai sepeda MTB apa yang bagus. Kali ini, saya akan bahas sedikit mengenai bagaimana memilih sepeda MTB yang cocok di hati, dan pas di kaki. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam memilih sepeda (apapun itu, tidak hanya MTB), adalah fungsi dan pemakaian. Umumnya, MTB digunakan sebagai sepeda adventure. Sesuai namanya, MTB alias Mountain Bike dikhususkan utuk trek pegunungan. Tapi, beberapa orang memilih jalan praktis dimana MTB digunakan sebagai sepeda commuter untuk kegiatan sehari-hari (ke kantor atau ke kampus) sekaligus sebagai sarana rekreasi adventure di akhir pekan. Bagi saya, sangat disayangkan kalau sepeda MTB hanya digunakan sebagai sepeda commuter. Dengan berbagai fitur dan keunggulan yang dimiliki MTB, tentu akan jadi sia-sia jika hanya digunakan di jalanan kota yang mulus dan rata. Jika demikian mengapa tidak sejak awal saja membeli sepeda commuter. Tapi kembali ke nilai praktis bahwa sepeda yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari sekaligus adventure akan sangat lebih menguntungkan daripada harus menggunakan 2 sepeda yang berbeda untuk 2 aktivitas yang berbeda pula.
Hal lain yang perlu diperhaikan dalam memilih sepeda MTB ialah jenis. Sepeda MTB termasuk yang paling banyak memiliki varian dibanding sepeda jenis lain. Ada XC (cross country), AM (all mountain), DH (down hill), FR (free ride), DJ (dirt jump), BA (big air / freestyle),TL (trials), 4X (four cross), dan MBT (mountain bike touring). Sebenarnya masih ada beberapa varian lagi di dalam keluarga besar MTB, tapi untuk sementara, saya sebutkan yang marak di Indonesia saja dahulu. Spesifikasi tiap jenis berbeda-beda tergantung fungsi masing-masing.
1. XC (cross country) untuk jelajah alam, biasanya sepeda ini menggunakan rangka rigid, tanpa suspensi belakang. Suspensi depan pun biasanya hanya dengan travel rendah. Untuk naik turun gunung, sepeda ini oke-oke saja.
2. AM (all mountain) untuk jelajah alam dengan medan yang lebih ekstrim. Misalnya keluar-masuk hutan. Suspensinya ada di depan dan belakang, tetapi, rangka sepeda masih menggunakan geometri tinggi serupa dengan XC, demi menunjang kenyamanan berkendara.
3. DH (down hill) untuk turun gunung dengan ekstrim. Sebenarnya tergolong dalam sepeda kompetisi, karenanya, menggunakan komponen-komponen tahan banting. Sesuai namanya, down hill, sepeda ini didisain untuk turunan. suspensi depan tinggi dan besar, batang susupensinya panjang, hingga menjangkau bagian atas head tube / komstir. Suspensi belakang juga lebih lunak dan kuat. tak jarang trek sepeda downhill berupa jurang hingga ketinggian hingga 10 meter. Karena harus "terjun" sedemikian rupa, sepeda ini dilengkapi dengan komponen-komponen tahan banting lain, membuat harganya melambung tinggi.
4. FR (free ride) untuk downhill ringan. Sesuai namanya, free ride, sepeda ini baik untuk digunakan sebagai XC, AM, atau DH ringan. Terkadang, sepeda jenis ini juga digunakan untuk freestyle.
5. DJ (dirt jump) dan BA (big air) digunakan untuk melompat di udara sambil beraksi. Atraksi freestyle seperti yang biasa dilakukan dengan BMX (karena dirt jump sendiri sebenarnya masuk dalam zona berkendara BMX). Geometri sama sekali berbeda dibanding XC maupun AM. Rangka rigid atau bersuspensi, tetapi seat tube rendah, dan chainstay lebih pendek. Ini membuat sumbu roda lebih pendek, sehingga sepeda lebih lincah. Suspensi keras baik depan maupun belakang untuk memudahkan kontrol sepeda dalam beraraksi.
6. TL (trials) digunakan untuk mendaki. Juga tergolong sepeda kompetisi. Sepeda trials biasanya tanpa suspensi, dan roda yang amat besar. Sepeda ini super ringan dengan rangka yang panjang dan seat tube yang super rendah. Bahkan untuk mengurangi bobotnya, beberapa produsen sengaja membuatnya tanpa sadel... Wow! Di Indonesia sepeda semacam ini masih susah ditemui, namun, beberapa orang membuatnya menjadi urban yang disebut street trials.
7. 4X (four cross). Bisa dibilang ini sepeda balapnya trek tanah. Dirancang sedemikian rupa untuk menghadapi trek dengan kecepatan tinggi (namanya juga balap). Bahkan kadang harus mengahadapi adegan "terjun" seperti downhill. Secara fisik sama dengan sepeda MTB lain, hanya saja, suspensi depan biasanya lebih tinggi, seat tube pendek, jarak antar roda tidak terlalu panjang.
8. MBT (mountain bike touring) biasa digunakan untuk touring pegunungan. Aliran yang masih jarang oeminatnya, sehingga masih jarang informasi tentang spesifikasi sepedanya. Sepertinya masih seperti sepeda gunung biasa, tetapi dengan berbagai komponen penunjang untuk perjalanan jauh.
Nah, hal berikutnya yang harus diperhatikan dalam memilih sepeda adalah ukuran. Biasanya hanya kaum pro yang memperhatikan ukuran dalam memilih sepeda agar performa sepeda sesuai dengan fisik pengendara. Perlu diketahui, sepeda pada umumnya memiliki ukuran (biasanya ukuran rangka) yaitu S, M, L, dan XL. Jadi, meskipun ukuran roda sama-sama 26 inci, belum tentu ukuran rangkanya sama. Beberapa ukuran rangka bahkan ditambah dengan embel-embel lain, misalnya untuk kompetisi ada XL pro. Atau dalam freestyle seperti dirt jump ada M-long atau M-short, S-long atau S-short, dan sebagainya. Meskipun bukan pro, tetapi alangkah baiknya kita juga memperhatikan ukuran dalam memilih sepeda supaya sepeda sesuai dengan postur tubuh pengendaranya. Percuma juga, kan, sepeda mahal, tapi tidak nyaman dikendarai..
Terakhir adalah komponen dan harga. Belum tentu sepeda dengan tipe dan jenis yang sama menggunakan komponen yang sama juga. Hal ini tergantung distributor atau penjualnya. Kadang di toko A sepeda dengan tipe 1 menggunakan velg (misalnya) x, sementara di toko B sepeda dengan tipe yang sama menggunakan velg yang lebih bagus atau lebih jelek. Jadi, jangan heran apabila harga sepeda dengan tipe yang sama bisa berbeda-beda antar distributor. Hal ini perlu diperhatikan terutama jika ingin membeli sepeda dengan merk yang kurang terkenal. Tidak apa-apa merknya tidak terkenal apabila komponen yang disematkan menggunakan komponen-komponen berkualitas misalnya Shimano, Suntour, RST dan sebagainya. Harga mahal bukan masalah yang penting kualitas terjamin. ;)
Jadi, sudah punya incaran sepeda idaman?
Ini blog tentang hobi ane, hidup ane, perjalanan ane, dan info-info yang ane punya tentang sepeda-persepedaan yang mungkin bermanfaat buat ente-ente sekalian.
Sabtu, 26 Januari 2013
Kamis, 24 Januari 2013
Fasilitas Bagi Pesepeda
Salam pedal!
Pagi ini ane mau nunjukin, sob, betapa di mancanegara, gerakan bersepeda bener-bener dijalankan dengan serius, dan didukung pemerintah. Salah satu buktinya, ni, bahwa di dalem kereta api pun kita bisa bawa sepeda.
Itu gambar di dalem kereta bawah tanah di Amrik sono, sob.. Nah, jadi di dalem keretanya itu emang ada gantungan sepedanya. Kalo tempat duduk penumpangnya ndak dipake, bisa dilipet ke atas, dan di baliknya itu ada besi buat naroh roda. Terus, roda yang satunya tinggal digantung aja di gantungan yang ada di atasnya. Keren, ya..? Kapan PT. KAI bikin ginian di kereta api-kereta api Indonesia? Doakan saja, ya. Mungkin, kalau memang banyak pesepeda, mereka akan memfasilitasi..
JUST KEEP RIDING, DUDE... :)
Pagi ini ane mau nunjukin, sob, betapa di mancanegara, gerakan bersepeda bener-bener dijalankan dengan serius, dan didukung pemerintah. Salah satu buktinya, ni, bahwa di dalem kereta api pun kita bisa bawa sepeda.
Itu gambar di dalem kereta bawah tanah di Amrik sono, sob.. Nah, jadi di dalem keretanya itu emang ada gantungan sepedanya. Kalo tempat duduk penumpangnya ndak dipake, bisa dilipet ke atas, dan di baliknya itu ada besi buat naroh roda. Terus, roda yang satunya tinggal digantung aja di gantungan yang ada di atasnya. Keren, ya..? Kapan PT. KAI bikin ginian di kereta api-kereta api Indonesia? Doakan saja, ya. Mungkin, kalau memang banyak pesepeda, mereka akan memfasilitasi..
JUST KEEP RIDING, DUDE... :)
Rabu, 23 Januari 2013
Between Youth and Dirt Jump
Salam pedal!
Kali ini ane mau ngomongin tentang anak muda Indonesia yang sekarang lagi getol banget sama yang namanya sepeda DJ alias Dirt Jump. Ngomong-ngomong, pemuda Indonesia tu labil banget, sebenernya (termasuk ane, bos). Belum lama dibikin jatuh cinta sama warna-warninya sepeda fixie alias fixed gear, sekarang mereka udah pindah haluan lagi ke sepeda lain, Dirt Jump. Padahal penyakitnya sama di setiap musim sepeda. Yaitu keranjingan upgrade, kebanjiran informasi, dan kecemplung di social media. Ane amat-amati, ya, sodara-sodara, pada waktu musim fixed gear, anak-anak muda sering gonta ganti parts dan komponen. Apalagi yang udah gabung di komunitas-komunitas. biasanya mereka ingin upgrade sepeda mereka supaya lebih good looking dan enak dikendarai. Walhasil, mereka putus asa ketika tahu kalau parts bagus itu harganya selangit. Ya jelas, lah.. Fixed gear, kan aslinya memang sepeda buat kompetisi alias lomba, wajar kalau harga spare partsnya selangit. Belum lagi usia pakai parts yang pendek. Yah, kalo para atlit, mah, ndak masalah, mereka tiap ikut lomba selalu ganti parts baru (lagian mereka, kan digaji). Lha kalo kita? Tekor, pastinya.
Oke, balik ke topik utama, Dirt Jump. Kenapa Dirt Jump? Dari hasil pertapaan ane di gunung gobel (ndak usah dicari di Google, ndak bakalan ada), sepeda Dirt Jump tu keren. Kerennya selevel sama sepeda BMX. Padahal, Dirt Jump masih masuk di kategori freestyle BMX, lo (baca artikel Memilih BMX Idaman. Masih inget, kan, jaman tahun 2000an dimana naik BMX itu udah hal paling keren yang dilakukan remaja se Indonesia. BMX udah termasuk sepeda paling yohai pada masa itu dan MTB dianggap cupu. Sekarang berbalik sepeda Dirt Jump (yang sebenernya tergolong dalam keluarga besar MTB) Udah ndak lagi dianggap cupu. Bedanya naik sepeda Dirt Jump dibanding naik BMX adalah, remaja ndak akan lagi di cap sebagai anak kecil oleh sebagian besar orangtua kolot (soalnya BMX, kan kecil, sob). Ya itulah, pandangan orang-orang tentang BMX udah salah duluan, dimana BMX dianggap sebagai sepeda anak (dari dulu hingga sekarang). Dan lagi, rata-rata remaja yag naik sepeda itu, juga menggunakan sepedanya sebagai kendaraan operasional. Ya di pake ke sekolah, ke kampus, ke rumah temen, ke warung, ke pasar, ke kuburan (lho?). Kalau naik BMX, dan jarak tempuhnya jauh, bisa mandi keringet, bro. Soalnya roda BMX, kan kecil, sedangkan sepeda Dirt Jump lebih besar rodanya. Kembali ke soal keren-kerenan, dulu, naik BMX tanpa bisa satupun trik udah dianggap keren. Sama halnya dengan Dirt Jump di masa kini. Ente-ente ndak perlu bisa trik dan terbang-terbang pakai sepeda Dirt Jump. Cukup sepeda ente kelihatan bagus, dan bersih, terus, ente riding, deh, keliling-keliling kompleks. Buat yang belum punya, dan kepengen punya, nih, ane kasih referensi sepeda buat diboyong ke rumah:
1. Polygon COZMIC DXP
Harga: Rp 6,5 jutaan. Yang paling baru harganya Rp 6.600.000,- Bisa lirik yg model 2011, harganya lebih murah. Kayaknya cuma sekitar 5 jutaan.
2. Wimcycle Dragster 26''
Harga : Di situs resminya Rp. 1.725.000,- tapi ni sepeda cemen punya (kalau buat main trick), perlu diupgrade beberapa komponennya. Saran ane, upgrade aja, toh sepedanya murah ini, dibanding beli yang 5 atau 6 jutaan, kan duitnya bisa buat upgrade. malah bisa buat beli sepeda ginian 1 lagi. Wehehe :D
3 Kona
Di Indonesia ndak banyak yang jual. Kalaupun ada, harganya diatas Rp 4 jutaan. Tapi mantep banget, ni, bos, sepedanya..
4 Specialized
Yang ane tau seri P2 atau P1. Harganya hampir sama kayak Polygon COZMIC DXP Rp 6 jutaan ke atas. Asik juga, ni sepedanya.
Yak, itu sekelumit cerita tentang anak muda Indonesia dan sepeda Dirt Jump. Apapun sepeda ente, jangan ingkari jari diri ente, dan jangan sampai merubah kepribadian ente. Dan satu pesan ane: JADILAH DIRI SENDIRI, APAPUN YANG KAU KENDARAI. Tetep sehat, tetep bersepeda, sumbangkan kebaikan untuk bumi ini.
Akhir kata, Salam Go Green!
Kali ini ane mau ngomongin tentang anak muda Indonesia yang sekarang lagi getol banget sama yang namanya sepeda DJ alias Dirt Jump. Ngomong-ngomong, pemuda Indonesia tu labil banget, sebenernya (termasuk ane, bos). Belum lama dibikin jatuh cinta sama warna-warninya sepeda fixie alias fixed gear, sekarang mereka udah pindah haluan lagi ke sepeda lain, Dirt Jump. Padahal penyakitnya sama di setiap musim sepeda. Yaitu keranjingan upgrade, kebanjiran informasi, dan kecemplung di social media. Ane amat-amati, ya, sodara-sodara, pada waktu musim fixed gear, anak-anak muda sering gonta ganti parts dan komponen. Apalagi yang udah gabung di komunitas-komunitas. biasanya mereka ingin upgrade sepeda mereka supaya lebih good looking dan enak dikendarai. Walhasil, mereka putus asa ketika tahu kalau parts bagus itu harganya selangit. Ya jelas, lah.. Fixed gear, kan aslinya memang sepeda buat kompetisi alias lomba, wajar kalau harga spare partsnya selangit. Belum lagi usia pakai parts yang pendek. Yah, kalo para atlit, mah, ndak masalah, mereka tiap ikut lomba selalu ganti parts baru (lagian mereka, kan digaji). Lha kalo kita? Tekor, pastinya.
Oke, balik ke topik utama, Dirt Jump. Kenapa Dirt Jump? Dari hasil pertapaan ane di gunung gobel (ndak usah dicari di Google, ndak bakalan ada), sepeda Dirt Jump tu keren. Kerennya selevel sama sepeda BMX. Padahal, Dirt Jump masih masuk di kategori freestyle BMX, lo (baca artikel Memilih BMX Idaman. Masih inget, kan, jaman tahun 2000an dimana naik BMX itu udah hal paling keren yang dilakukan remaja se Indonesia. BMX udah termasuk sepeda paling yohai pada masa itu dan MTB dianggap cupu. Sekarang berbalik sepeda Dirt Jump (yang sebenernya tergolong dalam keluarga besar MTB) Udah ndak lagi dianggap cupu. Bedanya naik sepeda Dirt Jump dibanding naik BMX adalah, remaja ndak akan lagi di cap sebagai anak kecil oleh sebagian besar orangtua kolot (soalnya BMX, kan kecil, sob). Ya itulah, pandangan orang-orang tentang BMX udah salah duluan, dimana BMX dianggap sebagai sepeda anak (dari dulu hingga sekarang). Dan lagi, rata-rata remaja yag naik sepeda itu, juga menggunakan sepedanya sebagai kendaraan operasional. Ya di pake ke sekolah, ke kampus, ke rumah temen, ke warung, ke pasar, ke kuburan (lho?). Kalau naik BMX, dan jarak tempuhnya jauh, bisa mandi keringet, bro. Soalnya roda BMX, kan kecil, sedangkan sepeda Dirt Jump lebih besar rodanya. Kembali ke soal keren-kerenan, dulu, naik BMX tanpa bisa satupun trik udah dianggap keren. Sama halnya dengan Dirt Jump di masa kini. Ente-ente ndak perlu bisa trik dan terbang-terbang pakai sepeda Dirt Jump. Cukup sepeda ente kelihatan bagus, dan bersih, terus, ente riding, deh, keliling-keliling kompleks. Buat yang belum punya, dan kepengen punya, nih, ane kasih referensi sepeda buat diboyong ke rumah:
1. Polygon COZMIC DXP
Harga: Rp 6,5 jutaan. Yang paling baru harganya Rp 6.600.000,- Bisa lirik yg model 2011, harganya lebih murah. Kayaknya cuma sekitar 5 jutaan.
2. Wimcycle Dragster 26''
Harga : Di situs resminya Rp. 1.725.000,- tapi ni sepeda cemen punya (kalau buat main trick), perlu diupgrade beberapa komponennya. Saran ane, upgrade aja, toh sepedanya murah ini, dibanding beli yang 5 atau 6 jutaan, kan duitnya bisa buat upgrade. malah bisa buat beli sepeda ginian 1 lagi. Wehehe :D
3 Kona
Di Indonesia ndak banyak yang jual. Kalaupun ada, harganya diatas Rp 4 jutaan. Tapi mantep banget, ni, bos, sepedanya..
4 Specialized
Yang ane tau seri P2 atau P1. Harganya hampir sama kayak Polygon COZMIC DXP Rp 6 jutaan ke atas. Asik juga, ni sepedanya.
Yak, itu sekelumit cerita tentang anak muda Indonesia dan sepeda Dirt Jump. Apapun sepeda ente, jangan ingkari jari diri ente, dan jangan sampai merubah kepribadian ente. Dan satu pesan ane: JADILAH DIRI SENDIRI, APAPUN YANG KAU KENDARAI. Tetep sehat, tetep bersepeda, sumbangkan kebaikan untuk bumi ini.
Akhir kata, Salam Go Green!
KINK LAUNCH 2012
Yow, kali ini ane mau kasih review tentang sepeda BMX idaman, yaitu KINK bikes seri LAUNCH edisi 2012. Sebenernya bukan sepeda impian, sih, sepeda impian ane tu ya sepeda yang ane rakit sendiri.. :D Tapi Ni gambaran kalau kalian (mungkin) ada yang pengen beli sepeda BMX Carilah yang spesifikasinya seperti berikut.
- Material frame: 100% besi High Tensile
- Panjang top tube: 20.25'' (short)
- Panjang chainstay: 13.75''
- Tinggi BB: 11.75'' (medium)
- Sudut head tube: 74.5°
- Sudut seat tube: 71°
- Fork: bahan Chromoly 4130
- Handlebar: tinggi 8'', bahan besi High Tensile
- Stem: merk Mission Junction front load
- Headset: merk Mission model tanam (integrated) pakai bearing sealed
- Brakes: Alloy 990 U-Brake
- Engkol (cranks): merk Mission Tubular 3pc, bahan 100% Chromoly 4130, panjang 170mm
- Bottom Bracket: bearing sealed 19mm Spanish
- Gear depan (sprocket): Kink Decimal gigi 25
- Hub depan: merk Mission tipe Echo, model bearing terbuka (unsealed) as ukuran 3/8 (standar)
- Hub belakang: merk Mission tipe Function, model bearing terbuka (unsealed), Cassette as 14mm
- Driver gear cassette: model bearing terbuka (unsealed) gigi 9
- velg (rim) depan-belakang: Alienation PBR 36 hole
Selasa, 22 Januari 2013
You had a freecoaster hub?
OK, guys, this time I'll tell you why you should maintain a freecoaster hub more than a cassette hub. Because, inside freecoaster hub there are more components than cassette hubs or freewheel.There are clutch, driver, bearing, some spacers, and other small parts. That parts need to be greased and cleaned frequently to make it work properly. You must spent a lot of money to bought that, right? If I were you, I'll never let my freecoaster broken or look dirty. It'll make it look cheap! I'll keep it on a perfect condition, always. So, if you had decided to get a freecoaster hub. Keep it clean, use it properly, and maintain it frequently. Finally, enjoy your BMX ride.
Finally, RIDE ON, DUDE!
Finally, RIDE ON, DUDE!
Salam pedal!
Cape nulis, ane posting foto aja, lah.
Ini ane ngambil fotonya pake kamera lubang jarum.. Ane bikin sendiri, loh, kameranya. Fotonya ane cuci sendiri, ane scan sendiri, dan ane upload sendiri... Hehehe.. agak keluar dari konteks sepeda-sepedaan. Tapi ndak papa. Biar karya ane dilihat orang.. :D
Cape nulis, ane posting foto aja, lah.
Ini ane ngambil fotonya pake kamera lubang jarum.. Ane bikin sendiri, loh, kameranya. Fotonya ane cuci sendiri, ane scan sendiri, dan ane upload sendiri... Hehehe.. agak keluar dari konteks sepeda-sepedaan. Tapi ndak papa. Biar karya ane dilihat orang.. :D
Senin, 21 Januari 2013
Karena Wanita Ogah Dimodusin
Salam pedal!
Kalian pada suka bersepeda juga, kah? Pernah suatu waktu ane lagi naik sepeda pulang dari kampus. Terus, di tukan tambal ban deket perempatan Samirono ada temen sekelas (pedaler juga) lagi bantuin cewe-cewe (pedaler juga) pengen isi angin.. Kayaknya kesusahan, dia, akhirnya ane belok, bantuin. Sebagai info, temen ane pake sepeda fixed gear (itu, lo, yang lagi tren, yang warna-warni) demikian juga si cewe yang bannya kempes. Ban fixed gear itu, pentilnya ndak sama dengan ban sepeda pada umumnya (lebih kecil dan panjang). Makanya mereka kesusahan meskipun si cewe udah pakai adaptor di pentil sepedanya. Dan ternyata adaptornya terlalu pendek buat katup di selang angin kompressor. Alhasil, bukannya angin masuk ke dalem ban, malah angin dalem ban keluar semua :O.. Tau permasalahan mereka, ane senyam-senyum, punya solusi.. Ane tutup pentil sepeda pake kain (kaos ane, sob) baru, deh, tu moncong selang kompressor ane colokin ke pentil.. Dan hasilnya? Whala, pemirsa, ban sepeda penuh angin ala chef Seto. Hahaha... Rupanya si temen ane itu, ndak mau tengsin. Begitu tau caranya, dia langsung bantu mompain ban belakang sepeda tu cewe. Dasar, jomblo... Ya udah, lah. Jadi, untuk wanita-wanita lain yang punya sepeda, dan hobi sepedaan, ane saranin ente-ente semua ngerti, lah, hal kecil kayak beginian. Supaya kalo ada apa-apa di jalan, kalian bisa benerin sendiri, dan ndak dijadiin sasaran modus para pria jomblo. Enjoy cycling.. :D
Akhir kata, RIDE ON, LADIES!
Kalian pada suka bersepeda juga, kah? Pernah suatu waktu ane lagi naik sepeda pulang dari kampus. Terus, di tukan tambal ban deket perempatan Samirono ada temen sekelas (pedaler juga) lagi bantuin cewe-cewe (pedaler juga) pengen isi angin.. Kayaknya kesusahan, dia, akhirnya ane belok, bantuin. Sebagai info, temen ane pake sepeda fixed gear (itu, lo, yang lagi tren, yang warna-warni) demikian juga si cewe yang bannya kempes. Ban fixed gear itu, pentilnya ndak sama dengan ban sepeda pada umumnya (lebih kecil dan panjang). Makanya mereka kesusahan meskipun si cewe udah pakai adaptor di pentil sepedanya. Dan ternyata adaptornya terlalu pendek buat katup di selang angin kompressor. Alhasil, bukannya angin masuk ke dalem ban, malah angin dalem ban keluar semua :O.. Tau permasalahan mereka, ane senyam-senyum, punya solusi.. Ane tutup pentil sepeda pake kain (kaos ane, sob) baru, deh, tu moncong selang kompressor ane colokin ke pentil.. Dan hasilnya? Whala, pemirsa, ban sepeda penuh angin ala chef Seto. Hahaha... Rupanya si temen ane itu, ndak mau tengsin. Begitu tau caranya, dia langsung bantu mompain ban belakang sepeda tu cewe. Dasar, jomblo... Ya udah, lah. Jadi, untuk wanita-wanita lain yang punya sepeda, dan hobi sepedaan, ane saranin ente-ente semua ngerti, lah, hal kecil kayak beginian. Supaya kalo ada apa-apa di jalan, kalian bisa benerin sendiri, dan ndak dijadiin sasaran modus para pria jomblo. Enjoy cycling.. :D
Akhir kata, RIDE ON, LADIES!
Freecoaster hub
Salam pedal!
Siang ini panas banget di luaran. Mendingan ane ngirim postingan aja. Sesuai dengan kata-kata ane di postingan tentang Memilih BMX Idaman. Kali ini ane mau membahas tentang parts sepeda yang namanya freecoaster hub. Langsung aja, ya, freecoaster hub itu biasa dipake di sepeda BMX (terutama tipe flatland). Part ini berupa seperangkat gear dengan mekanisme kopling yang diintegrasikan di hub sepeda (di dalemnya hub). Apa fungsi part ini? Fungsinya supaya rider ndak perlu ikutan gowes mundur waktu sepeda melaju ke arah belakang (kalau pakai gear sepeda biasa, rantainya akan ketarik balik, jadi, otomatis engkol akan gowes ke belakang. Jadi rider mau ndak mau harus gowes mundur.). Kalau gear sepeda biasa (freewheel atau cassette) di dalamnya pakai semacam kait dan gerigi. Jadi waktu rantai memutar driver (gear) kait-kait yang ada di driver bakalan nyangkut ke gerigi yang diulirkan ke poros roda (pada freewheel) atau yang ada di hub (pada cassette). Itulah yang bikin roda sepeda maju ketarik rantai.. Nah, karena modelnya sangkut menyangkut gitu, waktu roda bergerak mundur, sistemnya jadi berjalan kebalik. Rodanya muter, kaitnya nyangkut di gerigi (NB: sebenyak apapun kait yg ada, semuanya terpasang searah buat jalan ke depan aja). kaitnya ikut muter ke belakang karena nyangkut, begitu pula gear, rantai, dan akhirnya sampai ke engkol. Itu kenapa engkol ikut gowes ke belakang waktu sepeda jalan mundur. Cukup, sekarang balik ke freecoaster. Mekanisme dalam freecoaster berbeda dari gear standar atau cassette. Driver punya freecoaster ndak pakai kait tapi pakai ulir. Ulir itu akan mendorong clutch (semacam kopling, ini sebagai pengganti kait). Ketika clutch mentok karena didorong ulir dari driver, baru, deh, roda akan muter. Ujung-ujungnya sama seperti gear sepeda standar yg berdasar pada prinsip sangkut-menyangkut, bedanya, pada saat roda bergerak mundur, clutch akan ketarik mundur, tapi gerakannya dinetralisir oleh ulir yang ada pada driver. Jadi, driver ndak ikut ketarik mundur. Intinya, ada jarak di mana clutch itu bisa nyangkut dengan shell. Karenanya, kadang saat di gowes maju, freecoaster akan terasa lolos, kaki udah gowes tapi roda ndak langsung jalan. ya karena ada jarak itu tadi. Jarak lolosnya? Beda-beda di tiap produk. Ada yg deket, ada pula yg jauh. Bahkan ada yang adjustable alias bisa disetel sendiri sama rider. Nah, teknologi semacam inilah yang akhirnya membuat harga freecoaster hub melambung tinggi dibanding harga hub BMX yang lain.
Kalau masih penasaran, silahkan menambah wawasan sodara-sodara lewat Google atau Youtube. Demikian artikel ane, semoga bermanfaat bagi bro-bro sekalian para goweser.
Akhir kata, RIDE ON, DUDE!
Kalau masih penasaran, silahkan menambah wawasan sodara-sodara lewat Google atau Youtube. Demikian artikel ane, semoga bermanfaat bagi bro-bro sekalian para goweser.
Akhir kata, RIDE ON, DUDE!
Memilih BMX idaman :D
Salam pedal!
kali ini ane mau kasih masukan buat sodara-sodara semua yang kepincut sama sepeda BMX, dan kepengen punya. Soalnye, sepeda BMX tu meskipun kelihatannya sama, tapi tak serupa, lho.. Berikut rewiewnya:
1. BMX DIRT JUMP
Ini sepeda khusus buat lompat-lompatan aja, pak, buk. Ngetriknya, ya pas lagi melayang di udara aja.. Ciri-cirinya, ya, paling utama adalah rangkanya lebih panjang. Bobotnya lebih ringan, remnya biasanya cuma belakang aja (kalau beli di toko, pasti remnya komplit, depan-belakang). Pokoknya paling simpel, no peg/jalu, no macem-macem yg bikin sepeda jadi ndak ringkas. Biasanya sepeda Dirt Jump pakai ban pacul macem motocross. Soalnya, Dirt Jump emang dikhususkan buat lintasan tanah.
2. BMX STREET
Ini lebih sangar. Buat trik dan lompat-lompatan juga, tapi urban, alias di dalem kota. Bisa di skatepark, atau di jalanan biasa. Komponennya macem-macem. Karena trek dalem kota ndak didisain buat mainan BMX (yaiyalah..), sepeda Street dibuat lebih kokoh. Rangkanya pendek, supaya mudah dikontrol. Biasanya dilengkapi sepasang peg atau jalu buat trick grind. Pakai detangler rem, supaya handlebar alias stang bisa muter-muter dengan leluasa. Sadel alias tempat duduknya lebih tinggi, soalnya kepake, ndak seperti Dirt Jump yang sepertinya ndak pake sadel pun masih oke-oke saja. Hahaha. Soal ban? Ban dengan alur yang lebih halus yang biasa dipakai di sepeda Street.
3. BMX FLATLAND
Wah, ini mainannya expert, pak, buk.. Perlu disiplin tinggi dalam berlatih. Padahal triknya ndak banyak pakai lompat-lompatan. Sepedanya? Jangan ditanya, spesifikasinya paling tinggi di antara sepeda BMX model lain. Pakai rem depan-belakang, plus detangler (masih ada trik muter-muter setangnya). Jalunya empat (4). Rasio gearnya kecil. sadelnya tinggi. Dan yang lebih keren, gear belakangnya pakai sistem freecoaster (akan dibahas di postingan selanjutnya). Harganya paling muahal di antara BMX lainnya, mengingat teknologi yang melekat di dalamnya (sebenernya cuma freecoasternya aja yang mahal).
Yak, demikian infonya, semoga bermanfaat, dan semoga yang baca artikel ini bisa dapet sepeda BMX idamannya.
Akhir kata, RIDE ON, DUDE!
kali ini ane mau kasih masukan buat sodara-sodara semua yang kepincut sama sepeda BMX, dan kepengen punya. Soalnye, sepeda BMX tu meskipun kelihatannya sama, tapi tak serupa, lho.. Berikut rewiewnya:
1. BMX DIRT JUMP
Ini sepeda khusus buat lompat-lompatan aja, pak, buk. Ngetriknya, ya pas lagi melayang di udara aja.. Ciri-cirinya, ya, paling utama adalah rangkanya lebih panjang. Bobotnya lebih ringan, remnya biasanya cuma belakang aja (kalau beli di toko, pasti remnya komplit, depan-belakang). Pokoknya paling simpel, no peg/jalu, no macem-macem yg bikin sepeda jadi ndak ringkas. Biasanya sepeda Dirt Jump pakai ban pacul macem motocross. Soalnya, Dirt Jump emang dikhususkan buat lintasan tanah.
2. BMX STREET
Ini lebih sangar. Buat trik dan lompat-lompatan juga, tapi urban, alias di dalem kota. Bisa di skatepark, atau di jalanan biasa. Komponennya macem-macem. Karena trek dalem kota ndak didisain buat mainan BMX (yaiyalah..), sepeda Street dibuat lebih kokoh. Rangkanya pendek, supaya mudah dikontrol. Biasanya dilengkapi sepasang peg atau jalu buat trick grind. Pakai detangler rem, supaya handlebar alias stang bisa muter-muter dengan leluasa. Sadel alias tempat duduknya lebih tinggi, soalnya kepake, ndak seperti Dirt Jump yang sepertinya ndak pake sadel pun masih oke-oke saja. Hahaha. Soal ban? Ban dengan alur yang lebih halus yang biasa dipakai di sepeda Street.
3. BMX FLATLAND
Wah, ini mainannya expert, pak, buk.. Perlu disiplin tinggi dalam berlatih. Padahal triknya ndak banyak pakai lompat-lompatan. Sepedanya? Jangan ditanya, spesifikasinya paling tinggi di antara sepeda BMX model lain. Pakai rem depan-belakang, plus detangler (masih ada trik muter-muter setangnya). Jalunya empat (4). Rasio gearnya kecil. sadelnya tinggi. Dan yang lebih keren, gear belakangnya pakai sistem freecoaster (akan dibahas di postingan selanjutnya). Harganya paling muahal di antara BMX lainnya, mengingat teknologi yang melekat di dalamnya (sebenernya cuma freecoasternya aja yang mahal).
Yak, demikian infonya, semoga bermanfaat, dan semoga yang baca artikel ini bisa dapet sepeda BMX idamannya.
Akhir kata, RIDE ON, DUDE!
Si "Cokil"
Salam gowes!
Akhirnya...
Akhirnya jadi juga bikin blog. Udah lama pengen punya, tapi ndak ngerti cara bikinnya. Ternyata di internet banyak panduan cara bikinnya. Sumbernya, mana lagi selain Google. Sebenernya ndak begiu ngerti juga, sih fungsinya blog. Tapi lumayan, lah, bisa buat kegiatan kalo pas liburan panjang. Soalnya di kampus ane, UNY, liburnya ndak sama kayak universital lain. Padahal temen-temen ane banyak yg kuliah di universitas swasta macem Sanata Dharma atau Atmajaya. Ya udah, deh, sementara ane libur, temen-temen ndak pada libur. Makanya mending blogging aja. Daripada maen di facebook atau nge-tweet ndak jelas di twitter, ya, kan? Tapi sebenernya ada, sih kegiatan yg lebih ane senengin dibanding semuanya itu (blogging, nge-tweet, facebookan) yaitu sepedaan. Ya itu makanya blog ane judulnya "sepedaan". Tapi kan ndak seru juga kalo cuma sepedaan keliling-keliling kota tapi pengalaman yg ane dapet cuma buat ane sendiri.. Makanya ane buat blog.. Hehehe.. Oiya, kelamaan ngecuprus, ane jadi lupa perkenalan, ni.. Ya udah, lah, sementara ini dulu, perkenalannya di postingan ane berikutnya aja, yak.. Sementara kalo mau liat profil ane, klik link ini dulu aja.. ====> Gregorius Pesepeda
Akhir kata, RIDE ON, DUDE!
Akhir kata, RIDE ON, DUDE!
Langganan:
Postingan (Atom)