Kali ini ane mau ngomongin tentang anak muda Indonesia yang sekarang lagi getol banget sama yang namanya sepeda DJ alias Dirt Jump. Ngomong-ngomong, pemuda Indonesia tu labil banget, sebenernya (termasuk ane, bos). Belum lama dibikin jatuh cinta sama warna-warninya sepeda fixie alias fixed gear, sekarang mereka udah pindah haluan lagi ke sepeda lain, Dirt Jump. Padahal penyakitnya sama di setiap musim sepeda. Yaitu keranjingan upgrade, kebanjiran informasi, dan kecemplung di social media. Ane amat-amati, ya, sodara-sodara, pada waktu musim fixed gear, anak-anak muda sering gonta ganti parts dan komponen. Apalagi yang udah gabung di komunitas-komunitas. biasanya mereka ingin upgrade sepeda mereka supaya lebih good looking dan enak dikendarai. Walhasil, mereka putus asa ketika tahu kalau parts bagus itu harganya selangit. Ya jelas, lah.. Fixed gear, kan aslinya memang sepeda buat kompetisi alias lomba, wajar kalau harga spare partsnya selangit. Belum lagi usia pakai parts yang pendek. Yah, kalo para atlit, mah, ndak masalah, mereka tiap ikut lomba selalu ganti parts baru (lagian mereka, kan digaji). Lha kalo kita? Tekor, pastinya.
Oke, balik ke topik utama, Dirt Jump. Kenapa Dirt Jump? Dari hasil pertapaan ane di gunung gobel (ndak usah dicari di Google, ndak bakalan ada), sepeda Dirt Jump tu keren. Kerennya selevel sama sepeda BMX. Padahal, Dirt Jump masih masuk di kategori freestyle BMX, lo (baca artikel Memilih BMX Idaman. Masih inget, kan, jaman tahun 2000an dimana naik BMX itu udah hal paling keren yang dilakukan remaja se Indonesia. BMX udah termasuk sepeda paling yohai pada masa itu dan MTB dianggap cupu. Sekarang berbalik sepeda Dirt Jump (yang sebenernya tergolong dalam keluarga besar MTB) Udah ndak lagi dianggap cupu. Bedanya naik sepeda Dirt Jump dibanding naik BMX adalah, remaja ndak akan lagi di cap sebagai anak kecil oleh sebagian besar orangtua kolot (soalnya BMX, kan kecil, sob). Ya itulah, pandangan orang-orang tentang BMX udah salah duluan, dimana BMX dianggap sebagai sepeda anak (dari dulu hingga sekarang). Dan lagi, rata-rata remaja yag naik sepeda itu, juga menggunakan sepedanya sebagai kendaraan operasional. Ya di pake ke sekolah, ke kampus, ke rumah temen, ke warung, ke pasar, ke kuburan (lho?). Kalau naik BMX, dan jarak tempuhnya jauh, bisa mandi keringet, bro. Soalnya roda BMX, kan kecil, sedangkan sepeda Dirt Jump lebih besar rodanya. Kembali ke soal keren-kerenan, dulu, naik BMX tanpa bisa satupun trik udah dianggap keren. Sama halnya dengan Dirt Jump di masa kini. Ente-ente ndak perlu bisa trik dan terbang-terbang pakai sepeda Dirt Jump. Cukup sepeda ente kelihatan bagus, dan bersih, terus, ente riding, deh, keliling-keliling kompleks. Buat yang belum punya, dan kepengen punya, nih, ane kasih referensi sepeda buat diboyong ke rumah:
1. Polygon COZMIC DXP
Harga: Rp 6,5 jutaan. Yang paling baru harganya Rp 6.600.000,- Bisa lirik yg model 2011, harganya lebih murah. Kayaknya cuma sekitar 5 jutaan.
2. Wimcycle Dragster 26''
Harga : Di situs resminya Rp. 1.725.000,- tapi ni sepeda cemen punya (kalau buat main trick), perlu diupgrade beberapa komponennya. Saran ane, upgrade aja, toh sepedanya murah ini, dibanding beli yang 5 atau 6 jutaan, kan duitnya bisa buat upgrade. malah bisa buat beli sepeda ginian 1 lagi. Wehehe :D
3 Kona
Di Indonesia ndak banyak yang jual. Kalaupun ada, harganya diatas Rp 4 jutaan. Tapi mantep banget, ni, bos, sepedanya..
4 Specialized
Yang ane tau seri P2 atau P1. Harganya hampir sama kayak Polygon COZMIC DXP Rp 6 jutaan ke atas. Asik juga, ni sepedanya.
Yak, itu sekelumit cerita tentang anak muda Indonesia dan sepeda Dirt Jump. Apapun sepeda ente, jangan ingkari jari diri ente, dan jangan sampai merubah kepribadian ente. Dan satu pesan ane: JADILAH DIRI SENDIRI, APAPUN YANG KAU KENDARAI. Tetep sehat, tetep bersepeda, sumbangkan kebaikan untuk bumi ini.
Akhir kata, Salam Go Green!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar